Selasa, 12 Maret 2013

Lokasi Pinggir Jalan, Rasa Tidak Kalah




Triit...triit.... Sebuah pesan pendek (short message service/ SMS) masuk ke hand phone saya. "Ada bubur ayam enak, persis di seberang pintu belakang Hotel Sahid. Buka jam 3 sore, jam 7 malam sudah habis. Sukamdani aja beli di situ!"
Sukamdani yang dimaksud adalah pemilik Hotel Sahid. Si pemberi info mahasiswi pada Program Magister Manajemen Univesitas Sahid yang berlokasi di Hotel Sahid, Jalan Jenderal Sudirman. Wow! Kalau info ini benar, bubur ayam itu pasti istimewa rasanya. Bayangkan, bubur ayam dari sebuah gerobak dorong di pinggir jalan menjadi langganan Pak Sukamdani?
Saya jadi penasaran. Rasanya saya tidak sabar menunggu sore untuk menyusuri Jalan KH Mas Mansyur, Jakarta Pusat arah Tanah Abang. Pintu belakang Hotel Sahid menghadap ke jalan itu. Tidak begitu penting apakah tempat itu benar langganan Pak Sukamdani atau bukan.

Di seberang pintu belakang Hotel Sahid itu ternyata ada dua tukang bubur ayam yang letaknya berdekatan. Keduanya berupa gerobak dorong, berada di trotoar, buka mulai pukul 15.00 dan sekitar pukul 19.00-20.00 sudah habis. Satu agak dekat ke gedung Standard Chartered Bank. Satu lagi memang persis di seberang pintu belakang Hotel Sahid, sebelum belokan ke arah Casa Blanca.

"Kalau soal enak mah sampir sama dah. Tapi kalo masalah rame, ramean yang di sana," kata seorang pedagang minuman sambil menunjuk ke tukang bubur yang terletak persis di seberang Hotel Sahid yang jadi incaran saya.

Pukul 15.15 wib saya sudah di tempat itu. Sejumlah mobil dan sepeda motor sudah parkir di situ. Yang bermobil umumnya menikmati bubur di dalam mobil. Yang bersepeda motor duduk di kursi plastik yang telah disedikan dan menikmati bubur di tempat terbuka.

Bubur ayam disajikan panas dan ditaburi kerupuk, emping, ayam disuwir, bawang goreng, dan daun seledri. Emm...tidak sia-sia saya mencari tempat ini. Mungkin memang benar tempat ini jadi langganan Pak Sukamdani hehe...

Bubur ayam merupakan salah satu menu yang jamak dijumpai di kaki lima. Banyak pula yang berupa gerobak dorong lalu berputar keliling kampung atau kompleks. Anda tinggal pilih sesuai selera.

Cikini dan Besuki

Di kawasan Cikini, Jakarta Pusat misalnya ada bubur ayam yang sudah lama ngetop. Bubur ayam Cikini yang berada di trotoar Jalan Cikini Raya, dekat restoran cepat saji KFC, sudah beroperasi sejak 1987 atau sudah hampir 21 tahun.

Saking ngetopnya, nama bubur Cikini pun dijiplak sejumlah orang. "Kami memang tidak bikin hak paten, jadi ada orang buka usaha bubur ayam pakai nama Bubur Cikini padahal tidak ada hubungan dengan kami. Kami tidak punya cabang," kata Toto alias Pa’ul salah pekerja di tempat itu. Untuk membedakan diri dengan para penjiplak, pemilik asli bubur Cikini, Haji Rustanjam, lalu menggunakan nama Bubur Ayam Cikini HR Sulaiman.

Bubur ayam Cikini hanya ditaburi emping, cakwe dan daging ayam. Namun rasanya emm... sedap! Tidak percaya? Tanyakan saja pada presenter televisi Dorce Gamalama atau pemain senitron Adam Jordan. "Dorce sering ke sini, dulu Adam Jordan juga sering. Kemarin ini ada Oneng," kata Pa’ul. Oneng yang dimaksud adalah Rieke Dyah Pitaloka.

Masih di Jakarta Pusat, di kawasan Menteng ada bubur ayam Besuki yang terletak di kakilima Jalan Besuki. Tetapnya di sebuah gerobak dorong di mulut Jalan Besuki, sebelah kanan jalan begitu masuk Jalan Besuki dari arah HOS Cokroaminoto. Bubur Besuki sudah memiliki cabang di Jalan Cik Ditiro, Menteng.


Penulis: Egidius Patnistik
Sumber : Kompas

Tidak ada komentar: