Senin, 29 Juli 2013

Bubur Bali Berteman Urap Sayuran






Bali memiliki sejumlah menu masakan yang dijamin menggoyang lidah, tetapi bubur bali tidak termasuk dalam jenis makanan yang populer untuk orang dari Pulau Dewata itu. Salah satu tempat untuk menyantap bubur bali adalah di Warung Tresni di Jalan Drupadi, Denpasar. Warung milik Made Suwarka ini buka dari pukul 08.00 sampai sore. Namun, bila ingin mencicipi buburnya, jangan datang setelah pukul 10.00 pada hari hujan atau datanglah sebelum pukul 12.00 pada hari terang supaya masih kebagian.

Cara memasak bubur yang dijual dengan harga Rp 7.000 sepiring itu sama seperti membuat bubur di mana-mana: beras dimasak dengan banyak air ditambah daun salam untuk membuat wangi bubur.

Keistimewaan bubur bali adalah pada menu penyerta bubur itu, yaitu urap sayuran dan gecok yang terdiri dari suwiran daging ayam dengan kuah betutu yang rasanya pedas menggigit.

Suwarka menyediakan buburnya dengan urap sayuran yang ditaburi kacang goreng, usus goreng, serta popcorn. Tidak lupa tentu saja sambal matah khas Bali.

Tentang popcorn, jagung letus buatan Suwarka itu cara pembuatannya sedikit berbeda dibandingkan dengan popcorn yang biasanya dibuat dengan dibubuhi garam atau margarin. Suwarka mengolahnya dengan memberi bawang putih lalu digoreng dengan minyak.

”Kalau ingin hasilnya lebih baik, jagung dijemur terlebih dahulu,” tutur Suwarka.

Gara-gara inovasi Suwarka dengan jagung letus itu, bubur Suwarka menjadi salah satu bubur bali yang populer di Denpasar.

Urap bali

Bubur dari Bali berbeda dengan bubur daerah lain di Indonesia karena teman menyantapnya adalah urap sayuran dan gecok. Sayuran urap terdiri dari daun singkong dan rajangan kasar kacang panjang. Sayuran rebus itu lalu dicampur dengan bumbu-bumbu, kelapa parut dari kelapa yang telah dibakar, bawang goreng, dan cabai yang dirajang kasar.

Teman makan bubur yang lain adalah gecok. Menu ini terdiri dari adukan daging ayam suwir, kaldu ceker ayam, santan matang, serta bumbu kalas. Bumbu kalas terdiri dari, antara lain, kencur, ketumbar, bawang merah, dan bawang putih lalu dicampur dengan parutan kasar kelapa yang dibakar terlebih dulu.

Untuk lebih menarik, cara penyajian bubur pun dibuat sedekat mungkin dengan cara yang aslinya memakai daun pisang. Hanya saja, Suwarka meletakkan daun pisang di atas piring.

”Daun pisang tidak bisa ditinggalkan karena itu menjadi pemanis sajian sekaligus sedap di buburnya sendiri. Kalau saya tak lagi menggunakan, wah langganan bisa protes,” ujar Suwarka.

Bermacam racikan

Seperti lazimnya tawaran makanan di mana-mana, bubur bali pun memiliki racikan berbeda-beda sesuai dengan resep setiap pedagang yang dipengaruhi daerah asalnya.

Menurut Suwarka, buburnya memakai racikan Denpasar. Adapun daerah lain bisa saja memakai sayuran yang berbeda atau kuah betutu berbeda pula.

Sebenarnya di pasar-pasar tradisional juga bisa dijumpai bubur bali, hanya saja soal rasa tentu tidak bisa sama. Begitu juga rasa kuah dan jenis sayuran yang disajikan pun berbeda-beda. Dari beberapa orang yang ditemui, mereka menyatakan paling enak adalah bubur Tresni karena ada popcorn-nya.

Menikmati bubur Warung Tresni ini nikmatnya berpasangan dengan kerupuk dan teh manis panas. Teh manis panas di warung ini pun pasti dihiasi dengan irisan jeruk nipis.

Ia sendiri telah berkecimpung lebih dari 10 tahun berawal dari bisnis coba-coba ala kaki lima di pinggiran lapangan Puputan Renon. Belum lama berjualan di lapangan, penikmat bubur buatannya pun semakin bertambah setiap hari. Berbekal porsi sekitar 100 piring bubur seharga Rp 5.000 pun ludes setiap hari.

Karena terkena gusuran petugas ketertiban, Suwarka pun menyewa tempat di Jalan Drupadi. ”Saya pun mulai dari nol lagi. Saya berkeyakinan pembeli setia saya pasti akan mencari. Jadi, yakin saja, kalau enak, pasti dicari terus,” ujar dia mantap.

Selain menawarkan bubur bali, Warung Tresni juga menyediakan nasi campur dan jajan khas Bali. Enak seken ne (enak sekali)!

Ketupat untuk Mengganti Bubur


Warung Tresni ini pernah disinggahi beberapa selebriti, antara lain Iwan Fals, Ahmad Albar, dan grup Jamrud. Warung ini juga menjadi tempat nongkrong para perupa dan pekerja seni Bali. Aktris mancanegara juga ada yang pernah mampir di sana, yaitu Steven Seagal.

Penampilan Warung Tresni milik Made Suwarka di Jalan Drupadi, Denpasar, tidak mewah, bahkan cenderung sederhana. Meski demikian, sejumlah pelanggan mengaku justru kesederhanaan itulah yang membuat mereka betah dan kembali datang ke warung itu.

Bangunan dan mebel kebanyakan memanfaatkan unsur kayu. Meski berada di jalan alternatif dekat jalan utama, warung yang berada di pojokan ini tidak bising dan berdebu. Bahkan pepohonan sekitar ruang makan yang mendekati pendopo itu mendukung keasrian tempat tersebut. Halaman parkirnya pun luas.

Apabila Anda mampir di warung milik Suwarka dan tidak ingin menyantap buburnya, bubur tersebut dapat diganti dengan tipat alias ketupat. Tentu saja menu untuk teman menyantap tipat itu bisa sama seperti menu teman makan bubur, yaitu urap sayuran dan suwiran daging ayam berkuah betutu.

Sayangnya, jika bubur atau tipat sudah tercampur dengan kuah serta sayuran, harus segera dimakan. Bisa jadi basi jika terbungkus daun atau plastik lama-lama.

Apabila bubur atau tipat buatan Suwarka ingin disantap di rumah, pembeli bisa meminta agar kuah betutu dan sayuran dibungkus terpisah. Itu pun tidak bisa menjamin masakan akan bertahan lebih dari dua jam. Namun, mengapa harus lama-lama menunggu untuk menyantap bubur bali ala Warung Tresni?

Penulis : Ayu Sulistyowati
Sumber : KompasCommunity

Tidak ada komentar: